Jumat, 06 April 2012

KONSEPSI IBD DALAM KESUSASTRAAN


Pendekatan Kesusastraan

            Hampir disetiap zaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusian, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusian seperti yang terdapat dalam fislsafat atau agama. Dibanding dengan cabang humanities yang lain, seperti misalnya ilmu bahasa, seni memegang peranan yang penting, karena nilai-nilai kemanusian yang disampaikannya normatif. Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normatif, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik, isinya maupun cara penyampaiannya.
            Hampir disetiap zaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama, menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahannya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia memeprgunakan bahasa. Dalam usahannya untuk mengatur hubungan antara sesamannya yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu sosial, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan bahasa pada hakekatnnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagian, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
            Cabang-cabang seni yang lain pada hakekatnya juga abstrak. Gerak-gerik dalam seni tari, misalnya, masih perlu dijabarkan. Meskipun bunyi-bunyi dalam seni musik lebih cepat dinikmati, bunyi-bunyi itu sendiri masih memerlukan penafsiran. Sebaiknya sastra adalah penafsiran itu sendiri. Meskipun didalam penafsiran itu sastra masih dapat ditafsirkan lagi. Sastra juga didukung oleh cerita, dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak normatif. Cabang-cabang seni yang lain menggunakan gagasannya. Dalam musik misalnya, kata-kata penciptanya tertelan oleh melodinya. Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebgai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyampaian nilai-nilai kemanusian. Kepekaannya meyebabkan dia mampu menangkap hal yang dilepas dari pengamatan orang lain.
            IBD semata-mata  sebagai salah satu usaha mengmbangkan kepribadian seseorang dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya. Pada waktu menggunakan karya sastra, misalnya, seorang mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra, dan sebagainya. Memang seperti cabang-cabang the humanities lainnya, dalam ilmu budaya dasar sastra tidak diajarkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra disini digunakan sbagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusian yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, musik, seni rupa, dan sebagainya. Orientasi the humanities adalah ilmu yang mempelajari satu atau sebagian dari disiplin ilmu yang tercangkup dalam the humanities.

IBD YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA

Prosa kadang disebut narrative fiction, prose fiction atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah ini dterjemahkan sebagai cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pameran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman,  novel atau cerita pendek.
Dalam kesusastraan kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
  1. Prosa lama meliputi :
  • Dongeng : Cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi.
  • Hikayat : Cerita pelipur lara yang sulit diterima akal, merupakan cerita rekaan, namun memiliki pesan dan amanat bagi pembacanya.
  • Sejarah : Kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul keturunan.
  • Epos: syair panjang yg menceritakan riwayat perjuangan seorang pahlawan; wiracarita
  • Cerita Pelipur Lara: Cerita tentang petualangan dan peperangan seorang ksatria yang selalu berakhir dengan kebahagiaan pada tokoh yang membela kebenaran dan kehancuran pada tokoh yang yang jahat.
  1. Prosa baru Meliputi :
  • Cerpen : Suatu bentuk prosa naratif fiktif, cenderung padat dan langsung pada tujuannya, mengandalkan teknik teknik sastra seperti tokoh, plot, tema bahasa dan insight.
  • Novel : Karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya berbentuk cerita.
  • Biografi : Kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
  • Kisah : Satuan naratif yang seringkali dibedakan dari cerita, seperti “Kisah Abdullah dari Singapura ke Kelantan”.
  • Otobiografi : Biografi yang ditulis oleh subyeknya (dikarang bersama dengan penulis lain disebutkan sebagai “sebagaimana” atau “dengan”).
NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI

Pengertian Prosa Fiksi

Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu ceritera. (aminuddin, 2002:66). Sedangkan M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono (dalam Tjahyono, 1988:106) mengemukakan pengertian prosa fiksi (fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot, atau ceritera rekaan disingkat cerkan) adalah bentuk ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi. Pengertian lain dikemukakan oleh Sudjiman, (1984:17) yang menyebut fiksi ini dengan istilah ceritera rekaan, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam ragam prosa. Logika dalam prosa fiksi adalah logika imajnatif, sedangkan logika dalam nonfiksi adalah logika factual.


Nilai-nilai Dalam Prosa Fiksi

1.   Prosa Fiksi Memberikan Kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
2.   Prosa Fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedai. Dalam novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih dari pada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
3.   Prosa Fiksi Memberikan Warisan Kultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4.   Prosa Memberikan Keseimbangan Wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.


Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi
Seni/sastra adalah suatu kebudayaan yang dibuat oleh manusia. Seni adalah sebuah karya yang dibuat manusia, sedangkan sastra adalah suatu bahasa yang dibuat manusia. Namun peran sastra lebih dominan, karena sastra mencakup bahasa untuk melakukan komunikasi antar manusia itu sendiri, melakukan hubungan sosial dengan orang lain. Puisi dipakai sebagai media sekaligus sumber belajar dalam Ilmu Budaya Dasar. Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam dan Tuhan melalui bahasa yang artistik/estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya. Kepuitisan, keartistikan puisi dapat dibangun dengan menggunakan:

1. Figura bahasa seperti personifikasi, metafora, perbandingan dan lain-lain.
2. Kata-kata ambigu.
3. Kata-kata yang berjiwa berisi perasaan dan pengalaman penyair.
4. Kata-kata konotatif yang diberi tambahan nilai rasa dan asosiasi tertentu.
5. Pengulangan yang berfungsi untuk mengintensifkan hal yang dilukiskan.


Contoh Sebuah Puisi:

Krawang-Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi


Karya: Chairil Anwar